Kebutuhan mencetak saat ini tidak lagi sekedar di atas kertas. Kemajuan teknologi telah mampu mewujudkan apa yang sebelumnya hanya ada dalam imajinasi menjadi bentuk yang lebih nyata dan dapat disentuh. Kehadiran printer 3D menjawab kebutuhan untuk mencetak sebuah desain digital menjadi sebuah produk nyata. Pernahkah kamu membayangkan bisa membuat sebuah objek mobil, pesawat, atau aksesoris dengan menggunakan bantuan printer? Kehadiran teknologi printer 3D telah dapat membantu untuk mencetak suatu objek dengan cepat, rapi, dan efisien.
Ilustrasi printer 3D (tech-wd.com)
Printer 3D adalah sebuah mesin yang dapat mencetak suatu objek secara 3 dimensi sehingga menghasilkan objek yang bisa dilihat, dipegang, dan mempunyai volume. Model 3D dibangun selapis demi selapis hingga menjadi benda padat tiga dimensi berasal dari file digital. Pencetakan objek 3D dilakukan dengan menggunakan proses aditif, dimana dalam proses pencetakannya suatu objek dibuat dengan meletakkan lapisan yang berurut dari bahan tertentu sampai seluruh objek terbuat. Oleh sebab itu, printer 3D dikenal juga sebagai Additive Manufacturing (AM) yang mengacu pada proses pencetakan objek tiga dimensi di bawah kendali komputer.
Untuk menciptakan sebuah objek membutuhkan model 3D secara digital yang didapatkan dengan memindai satu set model objek 3D atau menggambar dengan menggunakan software desain 3D seperti AutoCAD, 3dsMax, dan SketchUp. Objek 3D yang dibuat dengan data digital dari model 3D atau sumber data elektronik lainnya berbentuk file Additive Manufacturing File (AMF) dan STereoLithography (STL).
Pencetakan objek 3D melalui perangkat komputer (pinterest.com)
Konsep pencetakan 3D sudah tercetus sejak tahun 1970-an, tetapi percobaan pertama kali baru dilakukan pada tahun 1981. Eksperimen pencetakan 3D pertama diberikan kepada Dr. Kodama untuk pengembangan teknik pembuatan prototipe yang cepat. Dia adalah orang pertama yang menggambarkan pendekatan lapis demi lapis untuk manufaktur dan menciptakan pendahulu untuk teknologi SLA (stereolithography) yaitu resin fotosensitif yang dipolimerisasi oleh sinar UV. Sayangnya, ia tidak mengajukan persyaratan paten sebelum tenggat waktu.
Beberapa tahun kemudian, sebuah tim insinyur dari Prancis yang beranggotakan Alain Le Méhauté, Olivier de Witte, dan Jean-Claude André tertarik dengan teknologi stereolithography. Akan tetapi teknologi ini ditinggalkan karena kurangnya perspektif bisnis. Pada saat yang sama, Charles Hull juga tertarik dengan teknologi stereolithography dan mengajukan paten pertama untuk stereolithography (SLA) pada tahun 1986. Selanjutnya ia mendirikan 3D Systems Corporation dan pada tahun 1988 merilis produk komersial pertamanya yang disebut SLA-1.
Printer 3D SLA (pinterest.com)
Selain teknologi SLA, pencetakan 3D semakin berkembang dengan adanya teknologi SLS (Selective Laser Sintering) dan FDM (Fused Deposition Modeling). SLS merupakan sebuah teknik pencetakan 3D di mana butiran bubuk disatukan secara lokal oleh sinar laser. SLS dikembangkan oleh Carl Deckard di University of Texas dan pada tahun 1988 memperoleh paten untuk teknologi tersebut. Sementara, FDM merupakan salah satu teknik rapid prototyping berbasis padat dikembangkan pada tahun 1989 dan dikomersialkan oleh Stratasys Inc. pada tahun 1990.
Printer 3D SLS (creat3d.shop)
Printer 3D FDM (pinterest.com)