Gempa bumi melanda Turki dan Suriah pada Senin (6/2/2023) lalu. Gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 7,8 itu berpusat di Kota Kahramanmaras. Tak terhitung berapa banyak nyawa yang melayang dan lebih banyak lagi korban yang terluka dan menderita akibat bencana gempa bumi tersebut. Data terbaru menyebut korban meninggal dunia akibat bencana itu telah mencapai angka lebih dari 50.000 jiwa di Turki dan Suriah. Jumlah ini merupakan salah satu yang tertinggi dalam sejarah dalam 20 tahun terakhir. Jumlah korban diprediksi masih akan bertambah mengingat masih banyaknya laporan orang hilang dan tim evakuasi yang masih terus melakukan proses pencarian di reruntuhan bangunan.
(Rami Al Sayed/Getty)
Sebagian besar orang memandang kehancuran dari bencana gempa bumi diakibatkan oleh patahan lempeng tektonik. Namun lebih jauh, para arsitek, insinyur, dan profesional konstruksi menyadari bahwa gempa bumi tidak membunuh manusia, namun bangunan buruklah yang meyebabkan jatuhnya korban jiwa. Pada gempa Turki dan Suriah ini, sekitar 7.000 hingga 15.000 bangunan telah rusak atau hancur. Banyak di antara bangunan-bangunan yang masih berdiri kondisinya akan terus memburuk akibat adanya gempa susulan yang mungkin dapat terus terjadi dalam beberapa minggu dan bulan ke depan. Hampir seluruh wilayah kota dan desa telah hancur, namun para sukarelawan dan petugas kemanusiaan dengan gigih berusaha keras untuk menyelamatkan korban yang masih terjebak. Beberapa di antaranya menggunakan tangan kosong dan peralatan seadanya untuk mengangkat reruntuhan bangunan.
(aljazeera.com)
Lalu apa yang membuat gempa bumi ini menimbulkan banyak korban jiwa?. Sejumlah faktor telah berkontribusi sebagai penyebabnya. Salah satunya adalah waktu terjadinya gempa bumi. Sebagaimana diketahui, gempa bumi Turki dan Suriah mengguncang wilayah tersebut pada Senin (6/2/2023) sekitar pukul 04.00 waktu setempat ketika warga masih tertidur lelap. Selain itu, banyaknya bangunan yang roboh juga menjadi faktor yang menyebabkan jumlah korban jiwa sangat besar.
“Dalam keruntuhan seperti itu, sulit dan sangat tragis untuk menyelamatkan nyawa. Itu membuat operasi tim pencarian dan penyelamatan menjadi sangat sulit,” kata profesor teknik gempa Universitas Bogazici di Istanbul, Mustafa Erdik. Dengan gempa bumi yang terjadi pada pagi hari, banyak orang yang sedang berada di tempat tidur sehingga membuat mereka terjebak di bawah reruntuhan rumah. Lebih lanjut Erdik mengatakan gambar-gambar kehancuran dan puing-puing yang meluas menunjukkan bahwa ada kualitas desain dan konstruksi bangunan yang sangat bervariasi. “Keruntuhan total adalah sesuatu yang selalu Anda coba hindari baik dalam kode maupun desain sebenarnya,” terangnya.
(Emilie Madi/Reuters)
Sementara itu Insinyur struktur USGS, Kishor Jaiswal mengatakan bahwa Turki telah mengalami gempa bumi besar sebelumnya, beberapa wilayah Turki memiliki peraturan bangunan regional untuk memastikan proyek konstruksi dapat bertahan dari peristiwa semacam ini. Akan tetapi tidak semua bangunan dibangun sesuai dengan standar seismik Turki modern. Kekurangan dalam desain dan konstruksi, terutama pada bangunan tua yang menyebabkan banyak bangunan tidak dapat menahan kerasnya guncangan. “Jika Anda tidak mendesain struktur ini untuk intensitas seismik yang mungkin mereka hadapi dalam masa desainnya, struktur ini mungkin tidak bekerja dengan baik,” kata Jaiswal.
Sumber:
CNBC Indonesia